Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Analisis Laporan Keuangan Tahunan Indofood 2010-2022



Pendahuluan:
Selamat datang kembali, pembaca Investor Cerdas ! Pada kesempatan kali ini, kami akan melakukan analisis mendalam terkait kinerja manajemen saham Indofood. Sebagai salah satu pemain kunci di industri makanan dan minuman, Indofood memiliki peran penting dalam pasar modal. Mari kita lihat bersama bagaimana kinerja manajemen mereka dapat mempengaruhi nilai saham.

1. Profil Singkat Indofood:
    Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita lihat profil singkat tentang Indofood. Indofood merupakan sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di pasar. Indofood dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya

2. Tren Keuangan Terkini:





    Jika dilihat dari grafik di atas, nilai pendapatan Indofood dalam bentuk rupiah meningkat secara signifikan sejak tahun 2010, dimana pada tahun 2010 nilai penjualan Indofood berada diangka sekitar 38 triliun rupiah, melonjak menjadi hampir 112 triliun rupiah pada tahun 2022. Peningkatan penjualan yang stabil ditunjang oleh kegiatan ekspor Indofood ke beberapa negara di luar negeri seperti Mesir, Kenya, Nigeria, Arab Saudi dan Turki. Konsep terkait dengan nilai pendapatan dapat dibaca disini




    Nilai ekuitas dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2022 juga stabil mengalami peningkatan sebesar rata-rata 10,23%. Nilai ekuitas yang relatif meningkat tentunya sangat menarik bagi investor pada umumnya. Jika kita disimulasikan, misalkan kita berinvestasi di saham Indofood (dengan asumsi PBV = 1 setiap kali berinvestasi) maka di akhir tahun 2023 uang kita akan meningkat sebesar 350% belum termasuk dividen yang tahun setiap diumumkan.
 


      Laba bersih juga selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2022. Laba bersih Indofood pada tahun 2010 adalah sebesar 3,95 triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2022 meningkat menjadi 6,4 triliun rupiah atau meningkat sebesar 61%. Peningkatan laba bersih tersebut tentunya menjadi daya tarik tersendiri terutama untuk investor defensif, yang menginvestasikan uangnya guna memenuhi kebutuhan masa depan di hari tua atau bahkan diwariskan kepada anak cucu nanti.





          Selain laba bersih, Indofood juga tidak pernah absen membagikan dividen, meskipun pada tahun 2020 terjadi krisis ekonomi dampak dari persebaran virus corona. Sejak tahun 2010, Indofood selalu membagikan dividen dengan nilai pay out ratio rata-rata sebesar 45%. Nominal dari pembagian dividen Indofood tahun 2022 juga menunjukkan trend peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010. Dividen Indofood Tahun 2022 meningkat sebesar 93% jika dibandingkan dengan tahun 2010. Disini penulis menggunakan tahun acuan 2010 karena sama seperti tahun 2022 yaitu setelah 2 tahun terjadinya krisis besar.



           Terakhir adalah liabilitas, patut diketahui bahwa nilai liabilitas dari Indofood juga terus meningkat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2022. Peningkatan liabilitas dari Indofood disebabkan karena untuk membiayai kebutuhan produksi perusahaan, dimana memang sejak tahun 2010 ratio liabilitas Indofood terhadap ekuitasnya selalu berada diangka lebih dari 100%. 

3. Kinerja Manajemen:
   a. Keputusan Strategis
        Keputusan strategis Indofood pada tahun 2022 yaitu Industri tepung terigu (Bogasari) bersaing menjawab tantangan dengan melakukan proyek ekspansi sepanjang tahun 2021 hingga 2023. Selanjutnya, untuk Grup CBP melakukan optimalisasi portofolio produk dan pemilihan cita rasa, dengan cara terus melakukan inovasi terhadap rasa dan produk yang dihasilkan. Guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, manajemen Indofood mendorong upaya digitalisasi, pemanfaatan teknologi dan robotik dalam sistem operasional untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perusahaan. 

   b. Efisiensi Operasional



        Indofood sudah menggunakan sistem pergudangan robotik yang baru untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi kerja. Namun, jika dilihat dari Net Profit Margin (NPM) dibandingkan tahun 2010 (NPM=10,25%), NPM Indofood pada Tahun 2022 menurun menjadi sebesar 5,74%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa biaya operasional pada tahun 2022 kurang efisien jika dibandingkan dengan tahun 2010. Hal tersebut disebabkan oleh biaya produksi pada Tahun 2022 terutama untuk komponen gandum dan minyak nabati meningkat secara signifikan karena harga gandum dunia meningkat secara signifikan. 

                                   


        Jika dilihat dari debt to equity ratio (DER), DER Indofood sebesar 161,00%; Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) yang sebesar 161,22% memerlukan konteks lebih lanjut untuk diinterpretasikan secara tepat. DER yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan tingkat utang yang signifikan dibandingkan dengan modal sendiri atau ekuitas. Namun, interpretasi DER harus dilihat dalam konteks industri, kebijakan keuangan perusahaan, dan perbandingan dengan perusahaan sejenis.

   c. Inovasi Produk dan Pasar: 
      Grup CBP mengembangkan produk dengan cita rasa pedas seperti Indomie Hype abis. Selain itu Grup CBP juga mengembangkan Indomilk UHT Kids serta Indomilk Susu UHT seri korea dan  yang terakhir adalah Promina Mi Batita dan Pasta untuk bayi berusia diatas 12 bulan.

     Grup Bogasari meningkatkan kapasitas penyimpanan dan kemampuan produksi melalui berbagai peremajaan dan penggunaan teknologi seperti automatic bagger dan palletizer. Silo penyimpanan gandum baru juga sudah ditambahkan guna mengantisipasi peningkatan produksi.

     Grup Agribisnis melakukan berbagai upaya pengendalian biaya guna mengatasi tekanan inflasi pada biaya tenaga kerja, energi dan pupuk. Upaya pengendalian biaya yang dilakukan antara lain optimalisasi tenaga kerja, restrukturisasi hutang, peningkatan program produktivitas dan efisiensi, serta mempercepat proses mekanisasi dan inisiatif Teknologi Informasi (TI).

     Grup Distribusi senantiasa meningkatkan kemampuan melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam hal modal kerja, tenaga kerja, penjualan, logistik serta digitalisasi

4. Tantangan dan Hambatan:
           Manuel V. Pangilinan, Presiden Komisaris Indofood, menjelaskan bahwa terdapat beberapa tantangan dan hambatan pada tahun 2022 diantaranya adalah ketidakstabilan politik, gangguan mata rantai pasokan global serta kekhawatiran atas keamanan pangan. Hal tersebut telah menyebabkan harga minyak dan komoditas termasuk bahan baku utama yang dibutuhkan Indofood untuk membuat produknya mengalami kenaikan. Selain itu, biaya hidup di banyak negara juga mengalami peningkatan, sehingga Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga dan berimbas pada kenaikan nilai tukar dollar terhadap rupiah. Kenaikan pada nilai tukar dollar terhadap rupiah tentunya juga membebani biaya produksi dari Indofood karena sebagian besar bahan baku Indofood merupakan barang impor yang dibeli dalam bentuk dollar amerika, sehingga berdampak pada penurunan laba terhadap penjualan produknya.

              Manuel juga menjelaskan bahwa harga dua komoditas utama Indofood, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan gandum, mengalami kenaikan dan penurunan harga yang sangat signifikan pada tahun 2022. Ketidakstabilan politik global berdampak pada mata rantai pasokan global, dimana banyak harga komoditas mengalami kenaikan hingga puncaknya di bulan Maret-Mei 2022 dan menurun setelahnya.

5. Respons terhadap Perubahan Pasar:
                 Dengan kekuatan merek dan pemimpin pasar dibidangnya, meskipun dihadapkan terhadap ketidakpastian global, berbagai tantangan dan hambatan yang dialami oleh Indofood bisa diatasi dengan cara meningkatkan penjualan neto sebesar 12% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan 12% tersebut sejalan dengan Target Kinerja Keuangan yang ditetapkan oleh manajemen Indofood pada tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan penjualan neto tersebut dihasilkan tentunya dari pengembangan portofolio yang sudah dijelaskan pada bab kinerja manajemen di atas

6. Prospek Masa Depan:
             Didalam laporan keuangan tahunan yang dirilis oleh Indofood ada beberapa target terkait dengan kinerja perusahaan di tahun 2023, diantaranya adalah:
  A. Pertumbuhan penjualan neto konsolidasi sebesar high single-digit (8%-9%);
  B. Peningkatan laba usaha dibandingkan tahun 2022 (tidak ada rujukan berapa persen yang jelas                 meningkat);
  C. Mengoptimalkan keseimbangan antara pertumbuhan volume penjualan dengan profitabilitas;
  D. Memperkuat posisi pasar diseluruh segmen produk;
  E. Mempertahankan posisi neraca yang sehat;
  F.  Pengembangan produk baru; dan
  G. Efisiensi biaya produksi dan meningkatkan keefektifan distribusi produk.

7. Analisis Saham:

a. Analisis Pasar Sub Sektor Makanan dan Minuman:

            Emiten pada sub sektor ini bervariasi dari emiten berskala kecil, menengah dan besar. kinerja emiten juga sangat bervariasi, beberapa emiten berskala kecil mulai menunjukkan kenaikan kinerja yang pesar pada periode terakhir, meskipun demikian kinerja terakhir mereka tidak bisa dijadikan alasan yang kuat untuk memprediksi kinerja kedepan, tetapi perlu pembuktian setiap kuwartal kedepan apakah kinerja mereka stabil dengan pertumbujan yang meningkat. Sedangkan emiten berskala besar hampir semua memiliki fundammental kinerja yang makin kuat. Salah satu kunci keberhasilan emiten besar adalah franchise atau merk produk mereka yang kuat, ditambah dengan jaringan distribusi yang luas, pencitraan produk yang baik dan pengelolaan yang profesional. Dengan kinerja laba yang tumbuh pesat, mereka berhasil melakukan efisiensi operasional dan menurunkan investasi modal mereka tanpa mengorbankan pertumbuhan laba bersih. Pasar makanan dan minuman mulai dari produk kebutuhan pokok sampai makanan dan minuman premium mampu meraih hampir seluruh lapisan segmen masyarakat. Emiten berskala besar tidak secara intensif beriklan di media, tetapi lebih fokus kepada kekuatan distribusinya.

            Rata-rata Price To Book Value (PBV)  dari tahun 2010-2022 adalah sebesar 1,96 dengan nilai PBV tertinggi adalah sebesar 2,55 dan nilai terendah adalah 1,10. Saat tulisan ini dibuat, berdasarkan data RTI, PBV dari INDF hanya sebesar 0,95 dengan nilai Book Value (BV) sebesar Rp. 6649,36. Return on Equity  (ROE) Indofood dari Tahun 2010 hingga Tahun 2022 juga stabil di atas 10%. Price to Earning Ratio (PER) dari INDF saat tulisan ini dibuat juga hanya sebesar 5,90 dimana menandakan harga saham Indofood saat ini murah.

8. Kesimpulan 
        
            Saham Indofood saat ini dijual dengan harga murah, dengan potensi peningkatan dalam waktu dekat. Harga penutupan minggu kedua Bulan Desember Tahun 2023 kemarin adalah Rp. 6400 sedangkan nilai tertinggi pada Laporan keuangan Q2 2023, INDF adalah Rp. 7.550, ada potensi  turn over dalam jangka panjang dengan margin of safety yang tinggi. target harga untuk penulis sendiri dalam jangka panjang optimis di angka Rp. 10.000

Penutup:

Dengan berakhirnya analisis kinerja manajemen saham Indofood, kita dapat melihat bahwa investor di emiten Indofood saat ini tergolongnya cukup aman . Pastikan untuk terus mengikuti perkembangan Indofood kedepannya. Jangan lupa berlangganan blog ini agar dapat notifikasi secara langsung terkait update analisis fundamental perusahaan secara berkala, baik Indofood ataupun emiten lainnya. Tidak lupa juga analisis di atas berasal dari pikiran saya, jangan lupa untuk melakukan analisis berdasarkan pandangan pribadi (Do Your Own Research ketika akan membeli saham). Terimakasih, sampai ketemu di kesempatan lain



Daftar Pustaka:

Laporan Tahunan Indofood 2010
Laporan Tahunan Indofood 2011
Laporan Tahunan Indofood 2012
Laporan Tahunan Indofood 2013
Laporan Tahunan Indofood 2014
Laporan Tahunan Indofood 2015
Laporan Tahunan Indofood 2016
Laporan Tahunan Indofood 2017
Laporan Tahunan Indofood 2018
Laporan Tahunan Indofood 2019
Laporan Tahunan Indofood 2020
Laporan Tahunan Indofood 2021
Laporan Tahunan Indofood 2022



Posting Komentar untuk "Analisis Laporan Keuangan Tahunan Indofood 2010-2022"