Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Analisis Laporan Keuangan Saham Astra International Tbk Triwulan III (ASII) Q3 Tahun 2024 (Cek Kondisi Kesehatan Perusahaan)

 

   
     Astra International telah merilis laporan keuangan triwulan III tahun 2024 dengan kinerja yang sangat baik. Laba bersih astra meningkat meskipun tidak terlalu signifikan peningkatannya dibandingkan tahun 2023. Peningkatan ASII patut diapresiasi karena ternyata astra international tetap dapat membukukan laba bertumbuh ditengah melemahnya harga batubara dunia yang berakibat menurunnya laba bersih anak usahanya yaitu united tractor. 

    Namun, meskipun laporan laba rugi dari astra international itu sudah baik, sebagai investor kita tetap harus memahami kondisi laporan yang lain, salah satunya adalah laporan arus kas dan neraca perusahaan. Pekerjaan rumah seorang investor tidak hanya mengecek apakah perusahaan akan tumbuh saja, namun juga harus dicek kondisi kesehatan perusahaan. Pada tulisan kali ini kita akan bahas bagaimana kondisi kesehatan dari astra international berdasarkan laporan Triwulan III nya.

1. Likuiditas

  • Rasio Lancar (Current Ratio): Rasio lancar sebesar 132,06% menunjukkan Astra memiliki aset lancar yang cukup untuk menutupi liabilitas jangka pendeknya. Rasio ini mengindikasikan likuiditas yang baik karena aset lancar yang dimiliki cukup besar untuk membayar semua kewajiban jangka pendeknya tanpa kesulitan apapun. Hal ini memberi fleksibilitas bagi Astra dalam menghadapi kebutuhan kas mendesak tanpa harus menjual aset tetap atau mengambil pinjaman baru. Intinya: Astra international memiliki aset jangka pendek (kas, deposito piutang jatuh tempo dalam waktu dekat, dsb) untuk menutupi hutang jangka pendeknya

  • Rasio Cepat (Quick Ratio): Rasio cepat sebesar 106,20% menunjukkan Astra tetap dapat memenuhi kewajiban jangka pendek hanya dengan aset yang sangat likuid (kas dan setara kas, serta piutang usaha), tanpa harus mengandalkan persediaan. Hal ini penting karena menunjukkan kemampuan Astra dalam menghadapi kewajiban mendesak (Hutang dsb) bahkan jika terjadi penurunan persediaan.

  • Cash Ratio: Dengan rasio kas sebesar 37,28%, Astra memiliki kas dan setara kas yang cukup untuk memenuhi sekitar 37% dari total liabilitas jangka pendeknya. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan rasio lancar dan cepat, ini masih dianggap cukup untuk memberikan kenyamanan bagi investor dan pemegang saham, menunjukkan posisi likuiditas yang sehat.

2. Solvabilitas

  • Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio): Rasio ini berada di 100,22%, yang berarti liabilitas hampir setara dengan ekuitas. Tingginya rasio hutang ini mencerminkan bahwa Astra cukup banyak menggunakan hutang untuk mendanai aktivitas usahanya, yang dapat memperbesar risiko keuangan jika suku bunga naik atau kondisi pasar memburuk. Meskipun demikian, angka ini masih dalam batas yang wajar bagi perusahaan yang besar dan beroperasi di sektor yang kapital intensif seperti Astra International. DER dikatakan tidak wajar untuk kategori industri itu diatas 200%. contoh kasus perusahaan bagus yang memiliki DER lebih dari 100% adalah Coca Cola.

  • Rasio Hutang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio): Perusahaan juga mencatat rasio hutang terhadap aset sekitar 44%, mengindikasikan bahwa kurang dari setengah asetnya didanai melalui utang. Ini masih cukup aman, karena masih ada proporsi aset yang lebih besar didanai dari ekuitas.

3. Profitabilitas

  • Earnings Per Share (EPS): Dengan EPS sebesar Rp638 di Triwulan III Tahun 2024, Astra menunjukkan laba per saham yang solid, yang mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang tinggi bagi setiap lembar saham yang beredar. Ini penting untuk mensejahterakan investor dan menunjukkan kesehatan profitabilitas saham. EPS yang positif dan terus bertumbuh dalam 10 tahun terakhir tentunya menjadi pilihan yang sangat menarik bagi investor defensif ataupun investor agresif.

  • Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin): Astra memiliki marjin laba kotor sebesar 22,19%, yang menunjukkan Astra mampu mengendalikan biaya produksi atau pengadaan barang dengan baik. Gross Profit margin yang tinggi sangat disukai oleh warren buffet karena semakin tinggi gross profit margin maka semakin lebar rentang antara nilai penjualan dan biaya produksi. Biaya produksi di astra international meliputi biaya pembelian bahan baku.

  • Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin): Margin laba operasional tercatat 12,90%, dengan laba operasi sebesar Rp31,77 triliun. Ini menunjukkan efisiensi dalam pengelolaan biaya operasional, meskipun Astra juga harus memperhatikan kenaikan beban operasional agar marjin operasional tetap stabil. Laba operasional didapatkan setelah laba kotor dikurangi dengan biaya pemasaran. Laba operasional dengan persentase tinggi menandakan bahwa perusahaan sangat efisien saat penggunaan bahan baku dan pemasarannya.

  • Earnings Before Tax (EBT): Margin EBT sebesar 17,75% mengindikasikan Astra memiliki kemampuan yang baik untuk menghasilkan laba sebelum pajak dari total penjualannya. Ini adalah indikator kesehatan profitabilitas yang penting karena menggambarkan laba yang dihasilkan sebelum dikurangi pajak, yang bisa menjadi gambaran profitabilitas perusahaan.

  • Astra memiliki margin laba bersih sebesar 10,50%, yang menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menghasilkan keuntungan yang layak setelah semua beban, termasuk pajak dan bunga, telah dikurangi. Hal ini menandakan bahwa Astra berada dalam posisi stabil dalam menghasilkan keuntungan bersih dari total penjualannya. Net Profit Margin adalah rasio yang membandingkan laba bersih terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan, dan margin Astra sebesar 10,50% menunjukkan bahwa efisiensi perusahaan terus meningkat. Sejak tahun 2015, Net Profit Margin Astra berkisar hanya 7-9%, dan peningkatan ini mencerminkan kemajuan yang signifikan. Semakin efisien perusahaan, maka dengan peningkatan nilai penjualan, laba bersihnya akan bertambah secara signifikan, bahkan jika Net Profit Margin hanya naik 1%.

4. Arus Kas

  • Arus Kas Operasional: Astra mencatat arus kas dari aktivitas operasi sebesar Rp36,89 triliun, menunjukkan kemampuan Astra dalam menghasilkan kas yang cukup dari kegiatan operasionalnya. Hal ini penting karena arus kas yang kuat dari operasional adalah indikator kesehatan keuangan yang baik, yang memungkinkan Astra untuk membiayai ekspansi, pembayaran hutang, dan distribusi dividen tanpa tergantung pada pendanaan eksternal. Arus kas positif berarti bahwa astra benar benar telah menghasilkan uang secara real tidak hanya diatas kertas.

  • Capital Expenditure (CapEx): Astra mengalokasikan Rp12,46 triliun untuk belanja modal, yang menunjukkan fokus perusahaan pada pengembangan dan peningkatan aset tetapnya. Dengan arus kas operasional yang kuat, Astra mampu membiayai belanja modal ini tanpa mengorbankan likuiditas.

  • Net Cash Flow: Astra mencatat arus kas bersih sebesar Rp10,31 triliun, mengindikasikan bahwa meskipun mengalokasikan dana yang cukup besar untuk CapEx, perusahaan tetap memiliki arus kas yang positif. Ini memberi perusahaan fleksibilitas tambahan untuk memperkuat posisi keuangan atau melakukan investasi tambahan jika diperlukan. Menariknya jumlah netcashflow yang besar berarti perusahaan ada uang untuk membayarkan dividen secara tunai ataupun melakukan investasi lainnya.

5. Efisiensi Operasional

  • Rasio Pengeluaran Operasional terhadap Pendapatan: Dengan total pengeluaran operasional Rp22,88 triliun, Astra telah berhasil menjaga pengeluaran dalam batas yang wajar terhadap total pendapatan. Efisiensi dalam pengelolaan biaya operasional ini penting untuk memastikan marjin laba yang sehat.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, Astra International Tbk pada triwula III Tahun 2024 berada dalam kondisi keuangan yang sehat dengan posisi likuiditas yang cukup baik untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Struktur modal menunjukkan ketergantungan yang relatif tinggi pada hutang, tetapi masih dalam batas aman dengan rasio yang seimbang terhadap ekuitas dan aset. Rasio profitabilitas menunjukkan Astra mampu mengelola operasi dengan baik dan menghasilkan keuntungan yang memadai, terutama dengan EPS yang cukup tinggi. Arus kas operasional yang kuat memberikan fleksibilitas bagi Astra dalam menghadapi perubahan kondisi ekonomi, membiayai kebutuhan modal, dan mendukung distribusi dividen.

Dengan rasio keuangan yang kuat dan kemampuan menghasilkan laba bersih yang stabil, Astra berada pada posisi yang baik untuk mempertahankan pertumbuhannya dan menghadapi tantangan ekonomi yang mungkin muncul di masa depan.

Posting Komentar untuk "Analisis Laporan Keuangan Saham Astra International Tbk Triwulan III (ASII) Q3 Tahun 2024 (Cek Kondisi Kesehatan Perusahaan)"