Harga Wajar Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) 2024 Berdasarkan Metode DDM, DCF, PER, dan PBV
Profil Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang didirikan pada 16 Desember 1895, adalah salah satu bank tertua dan terbesar di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). BRI menawarkan berbagai produk dan layanan, termasuk tabungan, kredit (termasuk Kredit Usaha Rakyat), investasi, asuransi, dan layanan digital seperti internet banking. Dengan jaringan lebih dari 10.000 cabang di seluruh Indonesia, BRI berkomitmen memberikan akses keuangan kepada masyarakat, termasuk di daerah terpencil. Selain itu, BRI aktif dalam program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk mendukung pendidikan, kesehatan, dan lingkungan, mencerminkan komitmennya terhadap pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Untuk menilai kesehatan valuasi saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) berdasarkan data keuangan Q1 2021 hingga Q2 2024, kita akan mengevaluasinya melalui beberapa metode valuasi, yaitu Dividend Discount Model (DDM), Discounted Cash Flow (DCF), Price to Earnings Ratio (PER) industri, dan Price to Book Value (PBV) industri. Masing-masing pendekatan ini akan memberikan pandangan yang berbeda terhadap nilai wajar saham BBRI. Berikut penjelasan lebih rinci:
1. Analisis Kinerja Keuangan Bank Rakyat Indonesia
A. Pendapatan dan Laba Bersih
BRI menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam laba bersih. Dari data yang disediakan, laba bersih BRI pada tahun 2023 tercatat sebesar Rp 29,70 triliun, meningkat dari Rp 26,55 triliun pada tahun 2022. Peningkatan ini mencerminkan efektivitas manajemen biaya dan strategi ekspansi dalam pinjaman dan layanan keuangan. Kenaikan pendapatan ini diimbangi oleh pengeluaran operasional yang juga meningkat, tetapi BRI berhasil mempertahankan margin laba bersih (NPM) yang sehat pada level 24,15%.
B. Rasio Keuangan
- Rasio Pengembalian: Return on Equity (ROE) BRI tercatat sebesar 19,42%, yang menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari setiap unit ekuitas. Angka ini menunjukkan profitabilitas yang baik dan efisiensi dalam penggunaan modal.
- Rasio Pengembalian Aset: Return on Assets (ROA) BRI adalah 3%, yang menunjukkan seberapa efisien bank dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan beberapa bank besar lainnya, tetap menunjukkan kinerja yang stabil.
- Debt to Equity Ratio (DER): Dengan DER mencapai 544,15%, BRI memiliki tingkat utang yang relatif tinggi dibandingkan ekuitas. Ini tidak masalah, karena Industri perbankan memang memiliki ciri khas liabilitas besar. kenapa liabilitas perbankan besar? karena tabungan nasabah dihitung menjadi liabilitas perusahaan perbankan
C. Kualitas Aset
BRI menunjukkan manajemen aset yang relatif baik dengan memelihara kualitas pinjaman. Meskipun ada peningkatan dalam total liabilitas, yang mencapai Rp 1.665,64 triliun, bank ini telah berusaha untuk menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di tingkat yang dapat diterima, sehingga memberikan gambaran positif mengenai risiko kredit.
D. Dividen
BRI telah secara konsisten membagikan dividen kepada pemegang sahamnya sejak tahun 2004, dengan dividen per saham meningkat dari Rp 174,25 pada tahun 2021 menjadi Rp 319 pada tahun 2023. Peningkatan ini mencerminkan komitmen BRI untuk memberikan imbal hasil kepada pemegang saham serta menegaskan kinerja operasional yang baik.
2. Valuasi dengan Metode Dividend Discount Model (DDM)
Karena BBRI memiliki rekam jejak pembagian dividen yang stabil sejak 2004, metode DDM cocok untuk menilai harga wajar sahamnya. DDM menghitung nilai saham berdasarkan dividen per lembar saham dan tingkat pertumbuhan dividen. Menggunakan asumsi sederhana:
- Dividen 2023: Rp319 per saham.
- Estimasi Tingkat Pertumbuhan Dividen: Jika pertumbuhan dividen rata-rata 4% per tahun, maka dividen estimasi 2024 adalah sekitar Rp331.76.
- Cost of Equity (Ke): Misalkan 10% berdasarkan risiko sektor keuangan dan situasi pasar saat ini.
Perhitungan harga wajar dengan DDM (dengan pertumbuhan dividen konstan) adalah:
Ini berarti harga wajar saham BBRI dengan DDM adalah sekitar Rp5.529. Jika harga pasar BBRI saat ini jauh di bawah angka ini, maka sahamnya mungkin dianggap undervalued.
3. Valuasi dengan Metode Discounted Cash Flow (DCF)
Metode DCF mempertimbangkan arus kas operasional dan diskon mereka dengan tingkat diskonto yang sesuai. Karena arus kas operasi BBRI negatif (-Rp21,24 triliun), metode ini menunjukkan adanya tekanan pada kas operasi, yang bisa mengindikasikan masalah likuiditas jangka pendek.
Namun, jika kita menggunakan rata-rata pertumbuhan arus kas yang optimis untuk mengasumsikan perbaikan dalam beberapa tahun mendatang, maka bisa dicari proyeksi arus kas positif ke depan. Misalnya, jika kita asumsikan arus kas membaik dan tumbuh sebesar 5% per tahun, maka nilai sekarang arus kas masa depan (NPV) tetap perlu dibandingkan dengan total kapitalisasi pasar untuk menilai apakah valuasi saat ini masuk akal atau tidak.
4. Valuasi Berdasarkan PER Industri Sejenis
PER BBRI saat ini adalah 12,20. Untuk menilai apakah angka ini tinggi atau rendah, kita dapat membandingkan dengan rata-rata PER industri perbankan yang biasanya berada di kisaran 10-15. Dengan PER sebesar 12,20, valuasi BBRI berada dalam rata-rata industri, menunjukkan bahwa harga saham relatif sesuai dengan kondisi pasar saat ini.
Jika perusahaan pesaing dengan kondisi fundamental serupa memiliki PER lebih tinggi (misalnya rata-rata 14), harga wajar saham BBRI akan menjadi:
5. Valuasi Berdasarkan PBV Industri Sejenis
Dengan PBV 2,37, kita dapat membandingkan BBRI dengan rata-rata PBV industri yang berkisar antara 2 hingga 3. Jika asumsi PBV rata-rata industri adalah 2,5, maka harga wajar berdasarkan PBV industri adalah:
Kesimpulan Valuasi
Menggabungkan semua pendekatan valuasi di atas:
- DDM menghasilkan harga wajar sekitar Rp5.529, yang menunjukkan saham ini mungkin undervalued.
- DCF menunjukkan tantangan karena arus kas operasi yang negatif, tetapi potensi perbaikan kas dapat diharapkan.
- PER Industri menghasilkan harga wajar sekitar Rp5.558, yang relatif lebih konservatif.
- PBV Industri menghasilkan harga wajar sekitar Rp5.046, sesuai dengan aset bersih perusahaan.
Secara keseluruhan, saham BBRI mungkin masih undervalued jika mengacu pada metode DDM, ataupun metode lain menunjukkan harga yang relatif sesuai. Investor yang mempertimbangkan untuk berinvestasi di saham BBRI sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal. Meskipun demikian, dengan posisi pasar yang kuat, pertumbuhan laba yang berkelanjutan, serta rekam jejak dividen yang stabil, saham BBRI tetap menjadi pilihan menarik bagi investor jangka panjang yang mencari stabilitas dan pertumbuhan dividen.
Disclaimer: tulisan ini bertujuan hanya untuk edukasi penentuan harga wajar saham berdasarkan metode value investing, bukan untuk ajakan jual ataupun beli. Segala bentuk kerugian ataupun keuntungan akan ditanggung oleh investor sendiri. Jika kalian tertarik dengan tulisan diatas jangan lupa subscribe dan share. terimakasih, happy investing
Posting Komentar untuk "Harga Wajar Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) 2024 Berdasarkan Metode DDM, DCF, PER, dan PBV"