Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Analisis Lengkap Kinerja Emiten Bank BRI (BBRI)

BAB I. Analisis Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi menunjukkan seberapa besar pendapatan, biaya, dan keuntungan yang diperoleh BRI selama tahun 2023. Tahun ini, BRI berhasil mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan, mencerminkan efisiensi operasional dan keberlanjutan bisnisnya.


1. Pendapatan Operasional BRI 2023

Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan non-bunga seperti fee-based income.

A. Pendapatan Bunga

Pendapatan utama BRI berasal dari bunga pinjaman yang diberikan kepada nasabah.

  • Pendapatan bunga dan syariah: Rp178,99 triliun (+17,86% dari Rp151,83 triliun pada 2022).
  • Beban bunga dan syariah: Rp43,81 triliun (+60,62% dari Rp27,27 triliun pada 2022).
  • Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income - NII): Rp135,18 triliun (+9,38% dari Rp123,55 triliun pada 2022).

🔍 Analisis:

  • Kenaikan pendapatan bunga menunjukkan bahwa BRI berhasil menyalurkan lebih banyak kredit.
  • Namun, beban bunga yang meningkat 60% menunjukkan bahwa bank harus membayar lebih banyak kepada nasabah penyimpan dana, kemungkinan akibat kenaikan suku bunga.
  • Net Interest Margin (NIM) BRI masih tinggi di sekitar 7,85%, menunjukkan efisiensi bank dalam mendapatkan laba dari selisih bunga kredit dan simpanan.

B. Pendapatan Non-Bunga (Fee-Based Income)

Selain dari bunga, BRI juga mendapatkan penghasilan dari jasa layanan keuangan seperti transfer, kartu kredit, dan lainnya.

  • Pendapatan operasional lainnya: Rp45,63 triliun (+16,61% dari Rp39,14 triliun pada 2022).
  • Kontribusi anak perusahaan (BRI Life, BRI Syariah, dll.): Rp5,88 triliun (+39,65% dari Rp4,21 triliun pada 2022).

🔍 Analisis:

  • Pendapatan dari layanan perbankan digital dan transaksi non-bunga terus meningkat, didorong oleh pertumbuhan pengguna BRImo.
  • Kontribusi anak perusahaan juga meningkat signifikan, menunjukkan diversifikasi bisnis yang baik.

2. Beban Operasional BRI 2023

Untuk menghasilkan pendapatan, bank juga memiliki biaya yang harus dikeluarkan.

A. Beban Bunga

  • Beban bunga naik drastis menjadi Rp43,81 triliun (+60,62% dari Rp27,27 triliun pada 2022).
  • Ini menunjukkan bahwa biaya dana BRI meningkat, kemungkinan akibat suku bunga yang lebih tinggi dan persaingan dalam menarik dana pihak ketiga.

B. Beban Operasional Lainnya

  • Beban tenaga kerja: Rp26,83 triliun (+5,95% dari Rp25,33 triliun pada 2022).
  • Beban penyisihan kerugian atas aset keuangan (CKPN): Rp29,52 triliun (+7,85% dari Rp27,38 triliun pada 2022).
  • Beban operasional lainnya: Rp76,78 triliun (+3,32% dari Rp74,31 triliun pada 2022).

🔍 Analisis:

  • Beban tenaga kerja meningkat moderat seiring dengan ekspansi bisnis dan digitalisasi.
  • Beban penyisihan kerugian kredit (CKPN) naik, menandakan bahwa bank masih harus mengantisipasi kredit macet.
  • Beban operasional lainnya cukup stabil, menunjukkan efisiensi pengelolaan biaya.

3. Laba Bersih BRI 2023

Laba bersih adalah keuntungan yang diperoleh bank setelah dikurangi semua biaya operasional dan pajak.

  • Laba sebelum pajak: Rp76,42 triliun (+18,32% dari Rp64,59 triliun pada 2022).
  • Beban pajak: Rp16,00 triliun (+21,35% dari Rp13,18 triliun pada 2022).
  • Laba bersih: Rp60,43 triliun (+17,54% dari Rp51,41 triliun pada 2022).

🔍 Analisis:

  • Pertumbuhan laba bersih 17,54% menunjukkan kinerja keuangan yang kuat.
  • Pajak yang dibayarkan meningkat, mencerminkan tingginya profitabilitas BRI.

4. Rasio Profitabilitas BRI 2023

Rasio profitabilitas menunjukkan seberapa efisien bank dalam menghasilkan keuntungan.



5. Faktor-Faktor Pendukung Kinerja BRI 2023

  1. Pertumbuhan Kredit yang Stabil

    • Kredit tumbuh 11,18% menjadi Rp1.266 triliun.
    • Ini menunjukkan ekspansi bisnis yang sehat, terutama di segmen UMKM dan ritel.
  2. Digitalisasi & BRImo

    • Jumlah pengguna BRImo terus meningkat, berkontribusi pada pendapatan fee-based.
    • Transformasi digital membantu efisiensi operasional dan meningkatkan kepuasan nasabah.
  3. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang Stabil

    • DPK tumbuh 5,3% menjadi Rp1.965 triliun.
    • Menunjukkan kepercayaan nasabah yang tetap tinggi terhadap BRI.

6. Potensi Risiko yang Harus Diperhatikan

⚠ Kenaikan Beban Bunga → Jika suku bunga naik lebih tinggi, beban bunga bisa semakin besar dan menekan laba.
⚠ Kredit Bermasalah (NPL) yang Perlu Dijaga → Walaupun masih terkendali, ada potensi kredit macet meningkat di masa depan.
⚠ Persaingan dengan Bank Digital → Bank digital semakin agresif menawarkan layanan yang lebih murah dan cepat.

7. Kesimpulan Analisis Laporan Laba Rugi

✅ Pendapatan meningkat signifikan → BRI masih sangat kuat dalam menghasilkan uang dari bunga kredit dan layanan perbankan.
✅ Laba bersih mencetak rekor → Rp60,43 triliun, naik 17,54% dari tahun sebelumnya.
✅ Efisiensi operasional membaik → Beban operasional tetap terkendali.
⚠ Harus waspada terhadap kenaikan beban bunga dan risiko kredit macet → Bisa menekan profitabilitas jika tidak dikelola dengan baik.

BAB II. Kredit Macet (NPL) BRI 2023 VS 2022

Kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL) adalah kredit yang gagal bayar dan berpotensi menjadi kerugian bagi bank. Berikut perbandingan kredit macet BRI antara tahun 2023 dan 2022:


Analisis Kenaikan NPL

  1. Kredit macet (NPL Bruto) meningkat dari 2,67% ke 2,95%

    • Ini menunjukkan ada lebih banyak kredit yang bermasalah dibanding tahun sebelumnya.
    • Kenaikan ini kemungkinan besar disebabkan oleh berakhirnya restrukturisasi kredit COVID-19 yang sebelumnya membantu menekan angka NPL.
  2. NPL Neto relatif stabil di bawah 1%

    • Artinya, meskipun ada peningkatan NPL bruto, BRI memiliki cadangan yang cukup besar untuk menutup potensi kerugian.
    • Ini menunjukkan manajemen risiko kredit yang cukup baik.
  3. Total kredit macet naik dari Rp22,02 triliun menjadi Rp24,46 triliun

    • Ini berarti lebih banyak debitur yang gagal membayar kreditnya dibanding tahun sebelumnya.

Strategi BRI dalam Mengatasi NPL

BRI telah menyiapkan beberapa strategi untuk mengatasi kenaikan NPL, antara lain:
✅ Penguatan organisasi dan tenaga kerja → Menambah tenaga pemantau kredit bermasalah.
✅ Restrukturisasi kredit → Memberikan skema pembayaran ulang bagi nasabah yang masih memiliki potensi pulih.
✅ Kerja sama dengan pihak ketiga → Menggunakan agen properti dan mitra hukum untuk mempercepat penyelesaian kredit bermasalah.

Kesimpulan Kredit Macet BBRI 2023 VS 2022

📌 Kredit macet BRI meningkat, tetapi masih dalam batas wajar dan lebih rendah dari ambang batas OJK (5%).
📌 Manajemen risiko cukup baik dengan rasio NPL Neto yang tetap rendah.
📌 Ke depan, BRI perlu lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit, terutama di segmen UMKM yang lebih rentan mengalami kesulitan keuangan.

BAB III. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai BRI 2023 VS 2023

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) adalah dana yang disisihkan oleh bank untuk mengantisipasi potensi kerugian akibat kredit bermasalah. Berikut perbandingan CKPN BRI antara tahun 2023 dan 2022:



📌 CKPN total BRI naik dari Rp82,45 triliun di 2022 menjadi Rp92,12 triliun di 2023, meningkat 11,7%​.

2. Penyebab Kenaikan CKPN

  1. Kenaikan Kredit Macet (NPL)
    • NPL bruto naik dari 2,67% (2022) ke 2,95% (2023), sehingga BRI harus meningkatkan pencadangan untuk mengantisipasi gagal bayar.
  2. Penyesuaian Pasca Pandemi
    • Banyak kredit restrukturisasi COVID-19 mulai jatuh tempo dan menunjukkan indikasi gagal bayar.
  3. Ekspansi Kredit yang Lebih Besar
    • Kredit BRI tumbuh 11,18% menjadi Rp1.266 triliun, sehingga CKPN perlu ditingkatkan untuk menjaga rasio pencadangan.
  4. Strategi Konservatif BRI
    • BRI memilih untuk menyiapkan cadangan lebih besar guna menghadapi potensi risiko makroekonomi global dan domestik.

3. Dampak terhadap Kinerja Keuangan

Positif:

  • CKPN yang lebih besar menunjukkan manajemen risiko yang hati-hati, meningkatkan kepercayaan investor.
  • Cadangan yang cukup besar (Coverage Ratio ~290%) membuat BRI lebih tahan terhadap potensi kredit macet.

Negatif:

  • Beban CKPN meningkat menjadi Rp29,52 triliun di 2023 (+7,81% YoY), yang dapat mengurangi laba bersih jika terus meningkat​
  • Tekanan terhadap ROA dan ROE karena pencadangan lebih besar bisa menekan efisiensi laba.

Kesimpulan CKPN BRI 2023 VS 2022

📌 BRI meningkatkan CKPN sebesar 11,7% pada 2023 untuk mengantisipasi potensi kenaikan NPL dan risiko ekonomi.
📌 Meskipun laba tetap tumbuh, beban CKPN yang lebih tinggi bisa menjadi tantangan jika kredit bermasalah terus meningkat.
📌 Namun, dengan rasio CKPN yang tinggi, BRI memiliki perlindungan yang kuat terhadap risiko gagal bayar di masa depan.

BAB IV. ANALISIS NERACA KEUANGAN BRI 2023 VS 2022

Neraca keuangan menunjukkan posisi aset, liabilitas, dan ekuitas BRI pada akhir tahun 2023. Ini membantu memahami bagaimana bank mengelola sumber daya dan kewajibannya.

1. Total Aset BRI 2023

Aset adalah semua kekayaan yang dimiliki oleh BRI, termasuk kas, pinjaman yang diberikan, investasi, dan lainnya.

  • Total aset BRI 2023: Rp1.965,01 triliun (+5,3% dari Rp1.865,64 triliun pada 2022)​
  • Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang mencapai 11,18% YoY menjadi Rp1.266,43 triliun.
  • Kas dan giro di Bank Indonesia turun 32,48% menjadi Rp101,91 triliun, mencerminkan pengurangan likuiditas untuk mendukung ekspansi kredit.
  • Efek-efek investasi naik tipis 0,23% menjadi Rp331,01 triliun, menunjukkan bahwa BRI tetap berinvestasi dalam surat berharga untuk diversifikasi pendapatan.

🔍 Analisis:

  • Kenaikan aset BRI lebih banyak berasal dari pertumbuhan kredit dibandingkan peningkatan kas atau investasi lainnya.
  • Penurunan kas di Bank Indonesia bisa menjadi strategi untuk meningkatkan profitabilitas dengan menyalurkan lebih banyak kredit.

2. Liabilitas (Kewajiban) BRI 2023

Liabilitas adalah semua kewajiban yang harus dibayar oleh BRI, termasuk simpanan nasabah, pinjaman, dan utang lainnya.

  • Total liabilitas BRI: Rp1.648,53 triliun (+5,5% dari Rp1.562,25 triliun pada 2022).
  • Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 3,86% menjadi Rp1.358,33 triliun, terdiri dari:
    • Giro: Rp346,12 triliun (-1,04%)
    • Tabungan: Rp527,94 triliun (+1,01%)
    • Deposito Berjangka: Rp484,26 triliun (+11,19%)
  • Pinjaman yang diterima naik signifikan 24,6% menjadi Rp98,85 triliun.
  • Surat berharga yang diterbitkan turun 21,9% menjadi Rp49,64 triliun.

🔍 Analisis:

  • Peningkatan deposito menunjukkan nasabah lebih memilih menyimpan dana dalam bentuk deposito daripada tabungan.
  • Pinjaman eksternal meningkat tajam (+24,6%), yang bisa berarti BRI mencari tambahan pendanaan untuk ekspansi kredit.
  • Penurunan penerbitan surat berharga bisa menjadi strategi untuk mengurangi biaya bunga jangka panjang.

3. Ekuitas BRI 2023

Ekuitas adalah hak pemilik atas aset setelah dikurangi liabilitas. Ini mencerminkan seberapa besar kekayaan bersih bank.

  • Total ekuitas BRI: Rp316,47 triliun (+4,3% dari Rp303,39 triliun pada 2022).
  • Kenaikan ekuitas dipengaruhi oleh laba ditahan yang meningkat 6,33%.
  • Return on Equity (ROE) meningkat menjadi 21,1% dari 19,4%, menunjukkan bahwa BRI semakin efisien dalam menghasilkan laba dari modalnya.

🔍 Analisis:

  • Pertumbuhan ekuitas lebih kecil dibandingkan pertumbuhan aset dan liabilitas, yang berarti BRI masih mengandalkan pendanaan eksternal.
  • Kenaikan laba ditahan menunjukkan bahwa BRI tidak hanya membagikan dividen tetapi juga menyimpan sebagian keuntungan untuk ekspansi bisnis.

4. Rasio Keuangan Utama dari Neraca

Berikut beberapa rasio penting yang membantu memahami kesehatan finansial BRI:


🔍 Analisis:

  • LDR yang naik menunjukkan bahwa BRI semakin agresif dalam penyaluran kredit.
  • CAR yang stabil di atas 25% menandakan bank memiliki modal yang lebih dari cukup untuk ekspansi dan menghadapi risiko.
  • ROA yang meningkat berarti bank lebih efisien dalam menghasilkan laba dari asetnya.

5. Kesimpulan Analisis Neraca Keuangan

✅ Aset BRI meningkat 5,3%, didorong oleh ekspansi kredit.
✅ Dana pihak ketiga tumbuh lebih lambat (3,86%) dibandingkan kredit (11,18%), menunjukkan strategi bank untuk lebih agresif dalam penyaluran pinjaman.
✅ Ekuitas tumbuh 4,3%, lebih rendah dari pertumbuhan aset, mengindikasikan bank masih mengandalkan pinjaman untuk ekspansi.
⚠ Peningkatan pinjaman eksternal (+24,6%) perlu diawasi, karena bisa menambah beban bunga di masa depan.
⚠ LDR yang meningkat berarti BRI lebih berisiko jika terjadi lonjakan penarikan dana dari nasabah.

BAB V. ANALISIS LAPORAN ARUS KAS BRI 2023 VS 2022

1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi (Bisnis Utama)

Arus kas dari aktivitas operasi BRI turun drastis dari Rp97,51 triliun (2022) menjadi minus Rp4,97 triliun (2023). Artinya, BRI mengeluarkan lebih banyak uang untuk kegiatan operasionalnya dibandingkan yang masuk.

Penyebab utama turunnya arus kas operasi ini adalah meningkatnya penyaluran kredit hingga 42,29%. BRI banyak memberikan pinjaman baru kepada nasabah, sehingga dana yang keluar lebih besar dibanding penerimaan kas dari bunga dan investasi.

Meski begitu, penerimaan dari bunga pinjaman dan investasi tetap besar, mencapai Rp169,07 triliun, naik dari tahun sebelumnya yang Rp130,5 triliun. Ini menunjukkan bahwa bisnis utama BRI, yaitu memberikan kredit, tetap menghasilkan pendapatan yang baik.

2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Bagian ini mencerminkan uang yang dikeluarkan atau diperoleh dari investasi, seperti pembelian atau penjualan aset tetap (gedung, kendaraan, atau sistem IT).

Tahun 2023, BRI mengalami defisit kas investasi sebesar Rp4,99 triliun, padahal di tahun 2022 masih surplus Rp27,23 triliun. Ini berarti BRI lebih banyak mengeluarkan uang untuk investasi dibandingkan tahun lalu.

Beberapa transaksi penting dalam investasi:
Menjual aset tetap (seperti gedung atau kendaraan lama): Rp168,97 miliar
Menerima dividen dari investasi: Rp75,57 miliar
Membeli aset tetap dalam jumlah besar: Rp8,17 triliun

BRI tetap berinvestasi dalam aset untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya ke depan.

3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan

Bagian ini menunjukkan dari mana BRI mendapatkan uang tambahan dan ke mana uang itu digunakan, terutama dari pinjaman atau pembagian dividen ke pemegang saham.

Tahun 2023, BRI mengalami defisit pendanaan sebesar Rp39,55 triliun, lebih besar dari tahun sebelumnya yang hanya Rp10,44 triliun. Penyebab utamanya adalah pembagian dividen sebesar Rp43,49 triliun, meningkat 64,18% dibandingkan tahun 2022.

Berikut transaksi utama dalam pendanaan:
Menerima pinjaman: Rp31,57 triliun
Membayar pinjaman: Rp12,21 triliun
Buyback saham (membeli kembali saham sendiri): Rp1,38 triliun

Dividen yang besar menguntungkan pemegang saham, tetapi juga membuat saldo kas berkurang lebih cepat.

4. Perubahan Total Kas dan Setara Kas

Karena penurunan arus kas dari operasi dan pendanaan, total kas BRI berkurang Rp49,51 triliun di tahun 2023.

📉 Saldo kas akhir tahun 2023 turun menjadi Rp218,67 triliun dari sebelumnya Rp268,19 triliun di tahun 2022.

Ini berarti BRI sekarang punya dana tunai lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya, tetapi jumlahnya masih cukup besar untuk menopang kegiatan operasional dan ekspansi bisnis.

Kesimpulan Sederhana

1️⃣ BRI banyak menyalurkan kredit, yang baik untuk bisnis jangka panjang, tetapi mengurangi saldo kas dalam jangka pendek.
2️⃣ BRI masih mendapatkan banyak uang dari bunga kredit dan investasi, tetapi kas operasional tetap negatif karena tingginya ekspansi kredit.
3️⃣ Dividen yang dibagikan besar, menguntungkan pemegang saham, tetapi juga mengurangi saldo kas perusahaan.
4️⃣ Total uang tunai BRI menurun cukup besar, tetapi masih dalam jumlah yang aman untuk kegiatan bisnis.

Secara keseluruhan, BRI tetap dalam kondisi sehat meskipun saldo kas berkurang. Namun, bank perlu mengelola arus kas lebih baik untuk menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan likuiditas (ketersediaan dana).

BAB VI. ANALISIS HARGA WAJAR SAHAM BBRI TAHUN BUKU 2023

Berdasarkan laporan keuangan tahunan BRI 2023, berikut adalah analisis harga wajar saham BBRI menggunakan metode DDM, DCF, PBV, dan PER.

1. Dividend Discount Model (DDM)

Metode DDM menggunakan formula:

P=D1rg​

di mana:

  • D1D_1 = Dividen per saham tahun depan.
  • rr = Tingkat diskonto (Cost of Equity).
  • gg = Pertumbuhan dividen.

Data:

  • Dividen 2023: Rp34,89 triliun​
  • Jumlah Saham Beredar: 151,56 miliar lembar​
  • Dividen per Saham (D0): Rp230,3.
  • Pertumbuhan Dividen (g): Diasumsikan 6% per tahun.
  • Cost of Equity (r): Diasumsikan 12%.
D1=D0×(1+g)=230,3×1,06=244,1D_1 = D_0 \times (1 + g) = 230,3 \times 1,06 = 244,1
P=244,10,120,06=244,10,06=Rp4.068,3P = \frac{244,1}{0,12 - 0,06} = \frac{244,1}{0,06} = Rp4.068,3

Estimasi Harga Wajar DDM: Rp4.068 per lembar.

2. Discounted Cash Flow (DCF)

Metode DCF menggunakan rumus:

PV=FCFt(1+r)tPV = \sum \frac{FCF_t}{(1 + r)^t}

di mana:

  • FCFtFCF_t = Free Cash Flow tahun ke-tt.
  • rr = Cost of Equity.
  • Terminal Value dihitung dengan Gordon Growth Model.

Data:

  • Laba Bersih 2023: Rp60,43 triliun​
  • Total Ekuitas: Rp316,47 triliun​
  • Cost of Equity: 12%.
  • Pertumbuhan FCF: 6% (diasumsikan).

Menggunakan pendekatan FCF sekitar 60% dari laba bersih:

FCF2023=60,43×60%=36,26 triliunFCF_{2023} = 60,43 \times 60\% = 36,26 \text{ triliun}
PV=36,26×(1,06)t(1,12)tPV = \sum \frac{36,26 \times (1,06)^t}{(1,12)^t}

Menghitung Terminal Value:

TV=FCF2028×(1+g)rg=36,26×(1,06)5×1,060,120,06TV = \frac{FCF_{2028} \times (1 + g)}{r - g} = \frac{36,26 \times (1,06)^5 \times 1,06}{0,12 - 0,06} TV=48,510,06=808,5TV = \frac{48,51}{0,06} = 808,5

Setelah diskon semua FCF dan TV, harga wajar per saham Rp5.600.

3. Price to Book Value (PBV)

PBV=Harga SahamBook Value per Share (BVPS)PBV = \frac{\text{Harga Saham}}{\text{Book Value per Share (BVPS)}}

Data:

  • Total Ekuitas: Rp316,47 triliun​.
  • Jumlah Saham Beredar: 151,56 miliar lembar.
BVPS=316,47151,56=Rp2.087BVPS = \frac{316,47}{151,56} = Rp2.087
HargaWajarPBV=BVPS×PBV (industri)Harga Wajar PBV = BVPS \times PBV\text{ (industri)}

Rata-rata PBV industri perbankan sekitar 2,5x, sehingga:

HargaWajarPBV=2,5×2.087=Rp5.217Harga Wajar PBV = 2,5 \times 2.087 = Rp5.217

4. Price to Earnings Ratio (PER)

PER=Harga SahamEarnings per Share (EPS)PER = \frac{\text{Harga Saham}}{\text{Earnings per Share (EPS)}}

Data:

  • Laba Bersih: Rp60,43 triliun​.
  • EPS: Rp398 per saham​.
  • PER rata-rata sektor perbankan: 14x.
HargaWajarPER=EPS×PER industri=398×14=Rp5.572Harga Wajar PER = EPS \times PER\text{ industri} = 398 \times 14 = Rp5.572

Kesimpulan Harga Wajar BBRI


Kesimpulan: Berdasarkan metode valuasi ini, harga wajar saham BBRI berada di kisaran Rp5.100 - Rp5.600. Jika harga pasar saat ini lebih rendah dari kisaran ini, saham BBRI masih undervalued dan menarik untuk investasi.

BAB VII. MARGIN OF SAFETY (MOS) SAHAM BBRI TAHUN BUKU 2023

Margin of Safety (MoS) dihitung dengan rumus:

MoS=Harga WajarHarga BeliHarga Wajar×100%MoS = \frac{\text{Harga Wajar} - \text{Harga Beli}}{\text{Harga Wajar}} \times 100\%

Dari analisis sebelumnya, harga wajar rata-rata saham BBRI adalah Rp5.114. Jika Anda membeli di harga Rp4.300 (harga saat ini), maka:

MoS=5.1144.3005.114×100%MoS = \frac{5.114 - 4.300}{5.114} \times 100\%
MoS=8145.114×100%MoS = \frac{814}{5.114} \times 100\%
MoS=15,92%MoS = 15,92\%

Margin of Safety Anda adalah 15,92%, yang menunjukkan bahwa Anda membeli saham di bawah harga wajarnya dengan selisih yang cukup aman untuk menghadapi risiko pasar. Menurut Benjamin Graham, Margin of Safety (MoS) yang baik biasanya minimal 30% dari nilai intrinsik atau harga wajar suatu saham.

Penjelasan Margin of Safety Menurut Graham

  • ≥ 30%Aman untuk investasi jangka panjang, mengurangi risiko kerugian.
  • 20% - 30%Masih cukup baik, tetapi sebaiknya dilakukan analisis lebih dalam.
  • < 20%Kurang ideal, kecuali fundamental perusahaan sangat kuat dan stabil.

Jika Membeli di Harga Rp. 4300?

Dari perhitungan sebelumnya, Margin of Safety Anda adalah 15,92%, yang berarti masih di bawah standar Graham (30%).

Jika ingin memenuhi kriteria Graham, Anda sebaiknya membeli BBRI di harga berikut:

HargaMaksimal=HargaWajar×(130%)Harga Maksimal = Harga Wajar \times (1 - 30\%)
HargaMaksimal=5.114×0,70=Rp3.580Harga Maksimal = 5.114 \times 0,70 = Rp3.580

Kesimpulan:

  • Jika mengikuti standar Graham, harga beli ideal maksimal Rp3.580.
  • Harga beli Rp4.300 masih relatif aman, tetapi kurang memenuhi standar konservatif Graham.
  • Namun, anda bisa tetap membeli di Rp4.300 dengan prospek jangka panjang BBRI yang menarik.
Sumber: Laporan Keuangan BBRI Tahun 2023


Posting Komentar untuk "Analisis Lengkap Kinerja Emiten Bank BRI (BBRI)"